Suaradesa.co, Bojonegoro — Peluit panjang yang terdengar di Stadion Mini Gayam pada Minggu sore bukan hanya menandai berakhirnya kompetisi Bojonegoro Premier League (BPL) U-17 2025.
Lebih dari itu, momen tersebut menjadi simbol dimulainya era baru pembinaan sepak bola berkelanjutan di Bojonegoro.
MFA Malo U17 keluar sebagai Juara 1 setelah tampil konsisten sepanjang musim. Angling Dharma U17 meraih Juara 2, disusul PSP Purwosari U17 sebagai Juara 3.
Namun, di balik euforia podium, BPL menyimpan misi yang lebih besar: membangun ekosistem pembinaan sepak bola muda secara berkelanjutan, bukan sekadar mengejar piala.
BPL U-17 2025 merupakan inisiatif ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan diselenggarakan oleh Ademos. Kompetisi ini dirancang sebagai liga berformat penuh, bukan turnamen singkat, sehingga mendorong proses pembinaan yang lebih sistematis.
Ketua Ademos, Ahmad Shodiqurrosyad, menegaskan bahwa BPL bukan sekadar event kompetisi.
“BPL 2025 telah usai. Tapi ini bukan tentang siapa yang menang atau kalah. Ini tentang menghadirkan ekosistem,” tegas pria yang akrab disapa Arsyad.
“Semakin banyak tim terlibat, semakin kuat fondasi sepak bola Bojonegoro. Ekosistem ini hidup karena kolaborasi. Terima kasih kepada seluruh tim, pelatih, suporter, perangkat pertandingan, serta seluruh penyelenggara.”
Visi tersebut sejalan dengan komitmen EMCL yang tidak hanya hadir sebagai sponsor, tetapi sebagai mitra pembangunan kapasitas generasi muda.
Public Government Affair (PGA) EMCL, Widya Husna, menyampaikan bahwa dukungan terhadap BPL merupakan bagian dari investasi sosial perusahaan.
“Dukungan EMCL terhadap BPL U17 adalah cerminan komitmen kami dalam membangun kapasitas pemuda Bojonegoro melalui olahraga,” ujarnya.
“Kami berharap liga ini menjadi platform berkelanjutan yang melahirkan bibit unggul yang siap mengharumkan nama daerah di level yang lebih tinggi,”lanjutnya.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap talenta, BPL juga memberikan penghargaan individu kepada pemain dan pelatih terbaik:
• Pemain Terbaik (MVP): Robit Alamsyah (SSB Angling Dharma)
• Pelatih Terbaik (Best Coach): Coach Odi (PSP Purwosari)
“BPL U17 memberi saya pengalaman berharga. Ini hasil kerja keras tim dan dukungan pelatih. Saya ingin terus berkembang dan menjadi pemain profesional,” kata Robit.
Coach Odi mendedikasikan penghargaan yang diterimanya untuk seluruh tim.
“Penghargaan ini adalah milik ofisial dan pemain PSP Purwosari. Format liga BPL sangat efektif menguji konsistensi dan mental pemain muda,” ujarnya.
Dengan selesainya BPL U-17 2025, kompetisi ini tidak hanya menghasilkan juara, tetapi juga meletakkan fondasi pembinaan jangka panjang.
Tantangan berikutnya adalah memastikan seluruh pemangku kepentingan—mulai dari pemerintah daerah, Askab PSSI, KONI, komunitas sepak bola, hingga sektor industri—mampu menjaga keberlanjutan ekosistem yang telah dibangun.
Fondasi telah diletakkan. Bibit telah ditanam.
Yang kini dibutuhkan adalah komitmen bersama untuk memastikan tunas-tunas ini tumbuh menjadi bintang, membawa nama Bojonegoro bersinar lebih tinggi.(fa/him)







