Suaradesa.co, Bojonegoro — Program Marhaenis Mengajar 2025 yang diinisiasi Dewan Pengurus Komisariat (DPK) GMNI Universitas Bojonegoro (UNIGORO) sukses digelar di SDN Papringan 2, Desa Papringan, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro pada 31 Oktober – 1 November 2025.
Selama dua hari, para mahasiswa GMNI terjun langsung memberikan pendampingan belajar kepada siswa sekolah dasar, penyuluhan, hingga kegiatan penguatan karakter. Kegiatan ini menjadi ajang pengabdian sekaligus praktik sosial bagi mahasiswa untuk melihat secara langsung kondisi masyarakat desa.
Tidak hanya fokus pada kegiatan belajar mengajar, para mahasiswa juga melakukan observasi sosial ke lingkungan sekitar, khususnya di Dusun Kalimati yang dikenal memiliki sejumlah persoalan infrastruktur.
Dari hasil wawancara dengan warga dan perangkat desa, ditemukan masih banyak masalah mendasar, di antaranya kondisi jalan yang rusak, minimnya penerangan, serta kendala sektor pertanian karena serangan hama tikus yang menyebabkan petani kerap gagal panen.
Pada musim hujan, dusun tersebut juga sering terdampak banjir akibat luapan sungai di sekitar area pemukiman.
Warga berharap pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten dapat mempercepat perbaikan infrastruktur, terutama akses jalan utama yang sudah lama tidak tersentuh perbaikan meski proposal permohonan telah berulang kali diajukan.
Selain diskusi dengan para guru dan siswa, GMNI juga mengadakan ngobrol bareng warga mengenai persoalan pertanian dan solusi alternatif.
Masyarakat menilai pemerintah desa perlu meningkatkan koordinasi dengan dinas pertanian untuk memberikan penyuluhan mengenai pengendalian hama, agar hasil panen ke depan dapat lebih baik.
Ketua DPK GMNI UNIGORO, S. Satria Dwi Mukti menegaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya soal berbagi ilmu, tetapi juga belajar dari rakyat.
“Kegiatan ini mengajarkan kami bahwa ilmu harus dibagikan, rakyat harus didengar, dan pengabdian harus diwujudkan secara nyata,” ujarnya.
Para guru SDN Papringan 2 menyambut positif kegiatan Marhaenis Mengajar 2025. Mereka menilai kehadiran mahasiswa memberi dampak besar bagi motivasi siswa dalam belajar.
Warga desa pun berharap kegiatan semacam ini dapat menjadi agenda rutin untuk mempererat hubungan mahasiswa dan masyarakat.
Dengan berakhirnya kegiatan pada 1 November 2025, program ini kembali menegaskan bahwa perjuangan di medan sosial merupakan implementasi nilai-nilai Marhaenisme—berpihak pada rakyat kecil, hadir di tengah persoalan masyarakat, dan ikut mendorong perubahan menuju kesejahteraan bersama.(mir/him)







